Sabtu, 11 Mei 2013

Insipirasi untuk Instagram

Sudah belakangan ini gue (dimana gue sendiri sadar) menjadi orang yang sedikit lebih sentimen & emosional. Gue juga menyadari kalau gue ini sebenarnya sedikit sinis. Parahnya lagi, gue cukup menyadari kalau ucapan gue dalam emosi cukup dalam. Misal, seseorang yang sedang gue sinis-in merasa dirinya ganteng. Gue akan dengan buka - bukaan menyatakan bahwa dia tidak keren sedikit pun, & dia tidak seharusnya bangga. Gue juga sadar yang bikin ucapan gue jadi terasa dalam adalah cara gue mengucapkannya. Gue tidak menyindir dengan emosi & labrak - labrakan teori "Apa Lo Liat - Liat Babe Lo Jago Silat Ta# Lo Bulat - Bulat" seperti sindiran yang biasanya. Gue menyindir dengan gaya yang tenang, sok keren namun diam - diam menghanyutkan. Kayaknya diajarin Jubaidah deh...

Rekan terdekat gue sedang dipermainkan oleh teman lelakinya. Gue jadi menganggap teman lelakinya ini salah dalam setiap tarikan nafas. Misal, dia jalan gue sinisin. Dia duduk, gue sinisin. Dia ngabisin perkedel di kantin, gue sinisin. Kalo ada unlike, nuf (1Cak), jempol turun, cupu lo, cemen lo, payah lo, jelek abis di instagram, gue akan membuat 100 akun instagram untuk menekan ketujuh pen-cupu-an tersebut di setiap foto orang yang gue sinis-in.

Maaf ya gue sangat - sangat tidak bermaksud kok. Gue janji kalau suatu hari mood gue sudah membaik gue akan berhenti nge-sinis-in orang. Gue akan berusaha. GUE JANJI.

*tangan dikepal*

Sebetulnya, di sini gue pengen cerita soal anak-nya supir & pembersih rumah bokap-nyokap gue. Gini loh maksudnya, ada orang menikah. Suaminya kerja mengantar bokap gue kemana - mana, istrinya bertugas membersihkan rumah gue (atas suruhan nyonya besar, a.k.a nyokap), dan suami-istri ini punya anak.

Berhubung anaknya ini masih kecil sekitar umur 2 sampai 3 tahun, jadi gak bisa ditinggal kemana - mana. Kita panggil dia Iki. (Gue sedikit takut supir bokap gue membuka post ini di internet suatu hari) Otomatis, Iki yang masih balita ini harus ikut emaknya kemana pun, termasuk ke rumah gue untuk bersih - bersih.

Iki ini sangat nakal. Sebetulnya dia tidak jahat, dia cuma sedikit jahil & drama queen. Iki sering kali membuka - buka laci di rumah gue & mengeluarkan apa yang ada di dalamnya. Pernah suatu hari Iki mematah - matah kan koleksi caterpillar bokap gue ketika bokap, gue, Iyel, & nyokap sedang berada di luar rumah. Pulang - pulang bokap gue hanya bisa meringis sedih melihat koleksi nya yang terpotel - potel.

Iki senang sekali bermain dengan binatang. BINATANG APA SAJA. Pernah suatu hari gue lagi asik nonton tv bersama Iyel. Gue boleh takut pada cicak, kadal, ikan, & anjing. Tapi tidak pada kecoa. Sedangkan Iyel lebih baik mati kehausan lari 1000 mil dari pada berada dekat dengan kecoa. Seperti nyokap & bokap gue, mereka akan berupaya sekeras mungkin demi mengeplak seekor kecoa yang dianggap hina tersebut.

Nah, di tengah - tengah keasyikan gue & Iyel nonton tv, Mama Iki (cara kami menyebut nyokapnya Iki) menyapu. Secara tidak sengaja, tersapu lah satu bangkai kecoa bercampur dengan debu. Iki dengan santainya mengangkut kaki kecoa & mengayun - ayunkannya. Melihat itu, Iyel panik. Sampai akhirnya Iyel & Iki berkejar - kejaran dengan bangai kecoa hina di tangan Iki.

Di rumah gue ada sebuah white-board didampingi beberapa spidol & sebuah penghapus papan tulis. Gue & bokap biasa menggunakannya untuk belajar bersama saat SD. Sampai sekarang, papan, spidol, & penghapusnya pun masih bertahan di tempat yang sama. Belum lama ini, Iyel mendapati coret - coretan di tembok, bangku, sandal, & alat olahraga yang terpapa jelas dibuat dengan spidol. Gue mulai munek.

Kenapa gue bilang Iki drama queen? Karna Iki menangis setiap hari karna ke-sok-polos-an-nya sendiri. Gue asik nonton tv duduk di sofa. Dia datang berlari - lari kecil bahagia, membantingkan pantatnya di sofa sebelah gue & duk! kepalanya kejedot sandaran. Dia menangis menjerit. Gue tahu seharusnya gue iba. Tapi gue malah tertawa bahagia. Gue sangat puas. Sampai emaknya datang & gue spontan pasang muka panik. "Iki gak apa - apa? Uh kasian...", ucap gue. "Mampus.", gumam gue.

Iki juga sering kali berguling - guling di lantai sementara gue menonton tv, & emaknya sibuk di lantai atas. Pernah suatu hari Iki berguling - guling ekstrim. Gue tahu bahwa akan terjadi suatu yang berbunyi duk!, jadi gue putuskan untuk kabur sok otp-an di kamar. Dan terjadi lah. Kepala Iki kejedot kaki meja tamu.

"Aku pernah coba melototin Iki, eh dia gak nangis.", kata Popop gue sambil menikmati makan siangnya. "Eh aku juga! Dia pernah melet - melet pas abis beli es krim di warung. Ngeledekkin aku gitu! Aneh banget. Dia dipelototin gak nangis. Kepalanya kesenggol bantal nangis jerit - jerit!", sahut Iyel. "Eh? Jangan - jangan kamu pernah nonjok Iki ya?! Ngaku kamu!", ucap Popop gue curiga.

"Gak pernah sih... Tapi aku pengen.", jawab iyel mengelus dagu.

Keluarga gue kok terdengar sedikit brutal ya...

Kemarin, gue mencoba melototin Iki. DIA BENERAN GAK TAKUT. Dia masih berani mendekat & duduk sebelah gue. GUE HARUS PAKE JURUS APA SIH BIAR DIA TAKUT?! JURUS APAAA?!



Seribu bayangan versi 1

Seribu bayangan versi 2

& BOOM. Gue salto, Iki kecebur got.


Gabut abis...
Gue rasa gue emang dari dulu gak pernah bisa bersahabat sama babies deh. Bahkan dari gue masih baby...

Pokoknya inti dari post ini adalah mood gue sedang sangat ababil. Gue rasa ini terjadi karena... bukan pms, melainkan sesuatu yang mengganjal di lubuk hati gue. Gue cuma bisa berharap buat yang terbaik. Iya... yang terbaik...

"I don't get it. Where is that beautiful side of a goodbye?"

CIEILE.

#AntiIkiOnAction

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Me and My Freaky-Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review