Jumat, 24 Mei 2013

Dewata & Teriya-Man

CAPEK. 

Capek ngetik, capek mikir, capek ngetag foto-foto di facebook, capek nunggu loading. Tapi gak apa-apa. Sekarang udah selesai, & I'm ready for posting.

Foto?
Iya, jadi beberapa hari yang lalu, gue bersama teman-teman dari la sixieme liburan ke Bali. Gak lama-lama banget sih, cuma tiga hari. Tapi tetep aja unforgetable & bikin badan pegel-pegel.

Berangkat hari Rabu, 15 Mei 2013. (Day 1)
Bisa dibilang ini hari full of beaches.
Sampe di Bali, gue dan teman - teman langsung bergegas ke tempat makan, namanya Mak Jo Pecatu, naik bis. Nih gue kasih tau sesuatu.
Selama di Bali, gue berkali - kali dapet snack dalem box selama di perjalanan dalam bus. Itu adalah snack - snack paling terrible yang pernah gue konsumsi seumur hidup. Nyeselnya lagi, gue selalu membuka box dalam keadaan kelaparan setengah mampus. Karna itu, gue akan membuka box nya terbirit - birit & segera mengunyahnya tanpa ingat doa. Gue emang harus low expectation sih soal snack box...

Selesai makan, gue & teman - teman langsung ke Pantai Padang Padang. Percaya gak percaya, LAUTNYA MASIH IJO BANGET. Eh maksudnya biru deng...
Di sana kita main air, main pasir, foto - foto, dorong - dorongan, pegang - pegangan tangan, peluk - pelukan dari belakang... (Oke ini agak-sedikit sarkastik. Tapi emang maksudnya pengen nyindir Jubaidah dan pacarnya sih. Bisa dibilang ini hari ter-modus yang pernah gue liat.)

Sekitar 1 setengah jam kita di Padang - Padang, terus kita cabut ke Pantai Dreamland. Pantainya lumayan deket dari hotel tempat gue menginap. Sama kayak Padang - Padang, di sana pantainya masih lumayan bersih. Lautnya juga masih BIRU (Bukan ijo).

Di sana, gue dan beberapa teman gue berlomba - lomba bikin sand castle. Gue satu team bersama rekan-lesbie-sementara gue di Bali, Aulia, juga Salsa. Gue, Aulia, dan Salsa membuat istana dari pasir dengan sangat antusias dan HOT. Bersaing degan team Jubaidah yang isinya Jubaidah dan Van Thorn (nama disensor).

Mulai bosan dengan istana gue yang bentuknya kayak tumpukan e#eq kucing yang mengeras, gue pun menjauhkan diri dari Aulia dan Salsa, dan membasuh tangan gue pake air laut. Sampai gue melihat...

Ada sekitar 3 orang berwajah oriental (jangan bayangin mukanya kayak teriyaki ya). Feeling gue sih mereka - mereka ini dari Taiwan. Mereka nunjuk - nunjuk Jubaidah, Salsa, Aulia, & Van Thorn dari jauh sambil mengambil gambar dengan kamera pocket-nya.

"Ini pasti ada yang salah..." desis gue.

Wait. Yang mendesis itu ular ya...

Sampai akhirnya 3 orang bermuka teriyaki ini mendatangi Aulia, Jubaidah, & Van Thorn. Satu dari teriya-man (teriyaki - human) mewakili dan bicara pada Jubaidah, "A U Syuden.". Jubaidah, the genius boy hanya melogo melihatnya. Begitu pula teman - teman yang lain. Sampai akhirnya teriya-man mengucapkannya kembali sambil menggerakan tangannya seakan - akan tengah menulis, yang mendandakan bahwa "A U Syuden." = "Are You Student?". Jubaidah akhirnya paham maksud teriya-man dan mengangguk. Tanpa disangka, teriya-man langsung jongkok diantara Jubaidah, Van Thorn, Aulia, & Salsa, dan berpose untuk pengambilan gambar. Gue hanya bisa terbengong - bengong melihatnya. Setelah beberapa kali pengambilan gambar, teriya-man pun pergi.

Gue pun kembali menghampiri Jubaidah & kawan lainnya dengan tertawa bahagia melompat - lompat. "Gimana tadi foto - foto sama teriya-man? Seru?" kata gue meledek Jubaidah. Jubaidah hanya memandang gue sinis.

TANPA DISANGKA, ketiga teriya-man berlari - lari ke arah gue, Jubaidah, dan teman - teman lainnya. Gak kok, mereka gak dikejer tsunami. Merek cuma terbirit - birit pengen foto lagi sama Jubaidah, gue, Aulia, Van Thorn, & Salsa. Gue mau kabur. Tapi muka teriya-man memelas (baca : gue terlalu panik untuk angkat kaki & memutuskan untuk menyerahkan diri begitu saja). Teriya-man jongkok di antara gue & teman - teman, kemudian berpose untuk berfoto. Lagi.

Setelah bosan berpose, teriya-man pun pergi, mengucapkan terimakasih, dan angkat kaki.
Gue pun memasang ekspresi yang berati meminta penjelasan lebih kepada Jubaidah.

"Itu tuh, tadi dia bilang dia tuh guru di negaranya." jelas Jubaidah. Gue pun rolling eyes.
"Jangan lupa post di blog, Vid." ucap Salsa (sama - sama orang yang hobi ngepost di blog) sambil menepuk pundak gue.

Laksanakan, Sa.

Malamnya, gue dan La Sixieme berniat makan malam di Jimbaran.
Kita semua janjian buat ketemu di lobby hotel jam setengah 7 malam. Gue, bersama Aulia & Aya (rekan sekamar) pun segera membersihkan diri. Jam 6, gue, Aulia, & Aya udah siap, udah bersih, & udah wangi.

"Setengah jam lagi nih. Dari pada ntar kita nunggu bengong - bengong di lobby, mending kita di kamar dulu aja. Tunggu dipanggil." usul salah satu dari kami bertiga. Kami bertiga pun setuju. Kami pun menghabiskan waktu dengan mengobrol dengan sangat hot.

Jam menunjukan pukul 7 malam. "Aneh, kok gak ada yang manggil kita sih? BBM juga gak ada yang masuk." ucap kami bertiga kebingungan. "JANGAN - JANGAN KITA DITINGGAL!". Kami pun panik. Kami segera turun ke lobby. TERNYATA teman - teman lainnya sudah siap di dalam bis.

Gue dan Aulia dalam bis yang sama, namun tidak dengan Aya (Aya di bis 1). Gue kira karna Aya sendirian, Aya bakal disorakkin abis - abisan. Ternyata gue salah...

Gue dan Aulia masuk bis dengan senyum sok oke & stay cool.
"INI DIA NIH YANG TELAT!!", teriak salah satu teman kami yang kelaparan, Ayyas. Gue dan Aulia disorakin abis - abisan. Beruntung, orang - orang yang nyorakkin gue dan Aulia ini gak lagi pegang e#eq kucing. Kalo mereka lagi megang, bisa - bisa gue dan Aulia makan malam di Jimbaran dengan keadaan kotor & minimal bau e#eq kucing.

SIAPA YANG BAKAL BAWA - BAWA E#EQ KUCING KE DALAM BIS SIH.

BELUM SELEAI. Seorang teman gue, Andhika mengusulkan agar gue dan Aulia diberi hukuman berupa nyanyi sambil joget di depan teman - teman gue. Beruntung, hukuman ini gak benar - benar dijalanin.

Di situ gue baru sadar kalau HP gue baru aja diservis. Contact BBM nya hilang semua. Pantesan ya gak ada yang bbm...

Setengah jam perjalanan, kami pun tiba di Jimbaran. Di satu sisi, tempat itu mengingatkan gue akan beberapa tahun lalu, ketika gue masih kecil, gue bersama keluarga gue makan malam di tempat itu dengan penuh cinta dan kehangatan. (baca : gue pecinta berat seafood)

Gue beruntung punya temen - temen pemaaf. Malam itu pun penuh tawa, kehangatan, cinta, dan tentunya... seafood.

BERSAMBUNG.





Gue dan Aulia di Jimbaran. 

Sayang kalo foto ini gak di-post. Lidah gue lagi eksotis.
(BUKAN KEPEDESAN)

Menurut Salsa foto ini keren, & dia bilang gue harus upload.
Salsa = the green one with an angry bird

Sampe di Bali. Foto dulu dong.
Biar ngeksis.
(rambut gue masih bagus)

Oke, ini rambut gue udah crappy. Diserang angin dan air laut.
Gue gak ngerti kenapa di situ ada mahluk. 

Gue dan Aya di Dream Land. Muka gue crappy, jadi gue sensor.
Karna gak mau rugi, sekalian aja gue sensor pake mukanya Demi Lovato.
GUE UDAH CANTIK BELUM?

They say friendship is forever. 

Sabtu, 11 Mei 2013

Gejolak Hasrat

APA? LO CEWEK & GAK SUKA SHOPPING?
JANGAN TIPU AKU.

Se tomboy - tomboy nya cewek, gak akan jauh - jauh dari yang namanya shopping. Gue rasa suka shopping itu udah hasrat cewe yang sengaja diberikan oleh Tuhan sejak lahir. Emang sih, dulu nya gue emang gak peduli banget soal baju. Tapi sekarang? Diskon itu surga dunia. Jadi, kalo lo berumur sekitar 15 tahun & merasa tidak suka shopping, jangan takabur. Lo bukan gak suka shopping, lo cuma belum suka shopping...

Ngomong - ngomong soal shopping, sering kali bokap gue sudah tergerak hatinya buat beliin gue baju, tapi nyokap gue akan datang dengan santainya & berkomentar, ""Baju kamu udah banyak, belinya lain kali aja.".

MAMA AKU ANAKMU, MA!

Terinspirasi dari sebuah game di ip#d teman gue dimana kita harus menyebutkan nama brand sebuah logo, gue juga mau bikin game kayak gitu. Tapi isinya brand - brand yang selalu bikin gue tertarik, tertarik, tertarik, & berujung pada tidak jajan 2 bulan. Berikut adalah brand - brand favorit gue yang mengingatkan gue bahwa dompet gue gak setebal yang gue harapkan, & bokap gue gak sedermawan yang gue harapkan.


Soal nomor 1

Soal nomor 2
(Sumpah, ini yang bikin soal cupu banget)

Soal nomor 3

Soal nomor 4

Soal nomor 5

Soal Terakhir


Gue sungguh tidak menyangka ternyata bikin 6 gambar gituan pake paint aja ribet. Tapi gak apa - apa, hasilnya udah lumayan bikin gue keterima di sekolah luar biasa...

Insipirasi untuk Instagram

Sudah belakangan ini gue (dimana gue sendiri sadar) menjadi orang yang sedikit lebih sentimen & emosional. Gue juga menyadari kalau gue ini sebenarnya sedikit sinis. Parahnya lagi, gue cukup menyadari kalau ucapan gue dalam emosi cukup dalam. Misal, seseorang yang sedang gue sinis-in merasa dirinya ganteng. Gue akan dengan buka - bukaan menyatakan bahwa dia tidak keren sedikit pun, & dia tidak seharusnya bangga. Gue juga sadar yang bikin ucapan gue jadi terasa dalam adalah cara gue mengucapkannya. Gue tidak menyindir dengan emosi & labrak - labrakan teori "Apa Lo Liat - Liat Babe Lo Jago Silat Ta# Lo Bulat - Bulat" seperti sindiran yang biasanya. Gue menyindir dengan gaya yang tenang, sok keren namun diam - diam menghanyutkan. Kayaknya diajarin Jubaidah deh...

Rekan terdekat gue sedang dipermainkan oleh teman lelakinya. Gue jadi menganggap teman lelakinya ini salah dalam setiap tarikan nafas. Misal, dia jalan gue sinisin. Dia duduk, gue sinisin. Dia ngabisin perkedel di kantin, gue sinisin. Kalo ada unlike, nuf (1Cak), jempol turun, cupu lo, cemen lo, payah lo, jelek abis di instagram, gue akan membuat 100 akun instagram untuk menekan ketujuh pen-cupu-an tersebut di setiap foto orang yang gue sinis-in.

Maaf ya gue sangat - sangat tidak bermaksud kok. Gue janji kalau suatu hari mood gue sudah membaik gue akan berhenti nge-sinis-in orang. Gue akan berusaha. GUE JANJI.

*tangan dikepal*

Sebetulnya, di sini gue pengen cerita soal anak-nya supir & pembersih rumah bokap-nyokap gue. Gini loh maksudnya, ada orang menikah. Suaminya kerja mengantar bokap gue kemana - mana, istrinya bertugas membersihkan rumah gue (atas suruhan nyonya besar, a.k.a nyokap), dan suami-istri ini punya anak.

Berhubung anaknya ini masih kecil sekitar umur 2 sampai 3 tahun, jadi gak bisa ditinggal kemana - mana. Kita panggil dia Iki. (Gue sedikit takut supir bokap gue membuka post ini di internet suatu hari) Otomatis, Iki yang masih balita ini harus ikut emaknya kemana pun, termasuk ke rumah gue untuk bersih - bersih.

Iki ini sangat nakal. Sebetulnya dia tidak jahat, dia cuma sedikit jahil & drama queen. Iki sering kali membuka - buka laci di rumah gue & mengeluarkan apa yang ada di dalamnya. Pernah suatu hari Iki mematah - matah kan koleksi caterpillar bokap gue ketika bokap, gue, Iyel, & nyokap sedang berada di luar rumah. Pulang - pulang bokap gue hanya bisa meringis sedih melihat koleksi nya yang terpotel - potel.

Iki senang sekali bermain dengan binatang. BINATANG APA SAJA. Pernah suatu hari gue lagi asik nonton tv bersama Iyel. Gue boleh takut pada cicak, kadal, ikan, & anjing. Tapi tidak pada kecoa. Sedangkan Iyel lebih baik mati kehausan lari 1000 mil dari pada berada dekat dengan kecoa. Seperti nyokap & bokap gue, mereka akan berupaya sekeras mungkin demi mengeplak seekor kecoa yang dianggap hina tersebut.

Nah, di tengah - tengah keasyikan gue & Iyel nonton tv, Mama Iki (cara kami menyebut nyokapnya Iki) menyapu. Secara tidak sengaja, tersapu lah satu bangkai kecoa bercampur dengan debu. Iki dengan santainya mengangkut kaki kecoa & mengayun - ayunkannya. Melihat itu, Iyel panik. Sampai akhirnya Iyel & Iki berkejar - kejaran dengan bangai kecoa hina di tangan Iki.

Di rumah gue ada sebuah white-board didampingi beberapa spidol & sebuah penghapus papan tulis. Gue & bokap biasa menggunakannya untuk belajar bersama saat SD. Sampai sekarang, papan, spidol, & penghapusnya pun masih bertahan di tempat yang sama. Belum lama ini, Iyel mendapati coret - coretan di tembok, bangku, sandal, & alat olahraga yang terpapa jelas dibuat dengan spidol. Gue mulai munek.

Kenapa gue bilang Iki drama queen? Karna Iki menangis setiap hari karna ke-sok-polos-an-nya sendiri. Gue asik nonton tv duduk di sofa. Dia datang berlari - lari kecil bahagia, membantingkan pantatnya di sofa sebelah gue & duk! kepalanya kejedot sandaran. Dia menangis menjerit. Gue tahu seharusnya gue iba. Tapi gue malah tertawa bahagia. Gue sangat puas. Sampai emaknya datang & gue spontan pasang muka panik. "Iki gak apa - apa? Uh kasian...", ucap gue. "Mampus.", gumam gue.

Iki juga sering kali berguling - guling di lantai sementara gue menonton tv, & emaknya sibuk di lantai atas. Pernah suatu hari Iki berguling - guling ekstrim. Gue tahu bahwa akan terjadi suatu yang berbunyi duk!, jadi gue putuskan untuk kabur sok otp-an di kamar. Dan terjadi lah. Kepala Iki kejedot kaki meja tamu.

"Aku pernah coba melototin Iki, eh dia gak nangis.", kata Popop gue sambil menikmati makan siangnya. "Eh aku juga! Dia pernah melet - melet pas abis beli es krim di warung. Ngeledekkin aku gitu! Aneh banget. Dia dipelototin gak nangis. Kepalanya kesenggol bantal nangis jerit - jerit!", sahut Iyel. "Eh? Jangan - jangan kamu pernah nonjok Iki ya?! Ngaku kamu!", ucap Popop gue curiga.

"Gak pernah sih... Tapi aku pengen.", jawab iyel mengelus dagu.

Keluarga gue kok terdengar sedikit brutal ya...

Kemarin, gue mencoba melototin Iki. DIA BENERAN GAK TAKUT. Dia masih berani mendekat & duduk sebelah gue. GUE HARUS PAKE JURUS APA SIH BIAR DIA TAKUT?! JURUS APAAA?!



Seribu bayangan versi 1

Seribu bayangan versi 2

& BOOM. Gue salto, Iki kecebur got.


Gabut abis...
Gue rasa gue emang dari dulu gak pernah bisa bersahabat sama babies deh. Bahkan dari gue masih baby...

Pokoknya inti dari post ini adalah mood gue sedang sangat ababil. Gue rasa ini terjadi karena... bukan pms, melainkan sesuatu yang mengganjal di lubuk hati gue. Gue cuma bisa berharap buat yang terbaik. Iya... yang terbaik...

"I don't get it. Where is that beautiful side of a goodbye?"

CIEILE.

#AntiIkiOnAction

Rabu, 01 Mei 2013

Porli-gami

Bisa dibilang gue cukup dekat dengan kedua nenek gue.
Dua nenek bukan berarti kakek gue origami. Itu maksudnya nenek dari bokap gue & nenek dari nyokap gue.

Eh origami bukannya kertas lipet...

Gue sangat sering sms-an dengan nenek gue dari bokap, yang biasa gue panggil Deti. Sampe sekarang gue gak ngerti kenapa gue manggil nenek gue Deti. Padahal nama beliau gak mengandung "Deti" sama sekali. Kata bokap gue sih nama kesayangan.

Gue jadi pengen cerita soal bokap gue.
Gue manggil bokap gue Popop. Kalo ini sih gue tau sejarahnya. Katanya, waktu gue kecil gue gak bisa nyebut kata "PAPA", & terbiasa ngomong "POPO". Semenjak itu nyokap gue manggil bokap gue "Popop". Tenang, gak ada hubungannya dengan ayam pop atau popok sama sekali kok. Gue sempat malu karna saudara gue seringkali meledek gue & bokap gue dengan menyebut - nyebut "POPOK". Gue juga cukup merasa eksis, karna sampe sekarang saudara - saudara, bahkan teman - teman gue jadi kebiasaan manggil bokap gue "Om Popop". Hipster kan?

Kembali ke nenek gue.
Deti sangat jago masak ayam tulang lunak. Setiap gue liburan & berkunjung ke rumah Deti, gue selalu berpesan agar Deti masak ayam tulang lunak. Rumah Deti cukup menyenangkan. Deti sangat suka kucing & pelihara kucing. Sayang, gue rasa kucing Deti (Namanya Bona) sedikit brengsek. Bona sering tidur di atas kasur tempat gue tidur. Jadi gue memilih untuk mengeluarkan Bona di malah hari.

Di kamar tempat gue biasanya tidur yang ada di rumah Deti ada TV. Padahal bokap gue melarang keras gue untuk masang TV di kamar. Emang sih, dulu gue punya TV di kamar, ada ps-nya pula. Jadi gue biasa membawa makanan gue ke kamar, asik menonton TV, atau bermain Pepsi Man di kamar. Kecuali kalo nonton Hari Panca di Dunia Lain. Gue akan dengan reflek ngibrit ke luar kamar & numpang di TV ruang keluarga bersama bokap, nyokap, Iyel, & mbak gue. Jadi, di rumah Deti gue bisa nonton TV whenever I want & biasanya waktu liburan di TV banyak film bagus. Gue sangat terhibur.

Deti punya kebiasaan yang katanya dari bokap gue kecil sampe sekarang masih ada. Ya itu menggunakan kata "anu", "ini", & "itu" yang bikin orang yang disuruh gedek sendiri. Berikut cuplikannya :

Deti     : "Pop, tolong anu sih..."
Popop : "Apa?"
Deti     : "Anu-nya tuh di-itu-keun..."
Popop : "Hah? Oh. Oke."

5 menit kemudian, Deti datang dengan sedikit emosi.

Deti     : "KOK ANU-NYA GAK DI-ITU-ITU-KEUN SIH?"
Popop : "Lah kan udah tadi..."
Deti     : "Mana??"
Popop : "Lah katanya anu-nya -di-itu-keun..."

Kemudian miss-understanding.

Lanjut ke nenek gue selanjutnya. Gue biasanya meamnggilanya "Enin", begitu pula sepupu - sepupu & teman - teman gue. Sama dengan Deti, Enin sangat suka bernyanyi. Suatu hari, gue meng-otak-atik hp Enin. Gue menemukan foto - foto Enin dengan tangan ke arah kamera yang menandakan kalo Enin jepret sendiri. Gue juga menemukan beberapa voice note berisi suara Enin sedang bernyanyi. Enin mendapati gue sedang mendengan voice note-nya. Gue panik, reflek gue pause. Namun dengan santainya, Enin malah menyuruh gue untuk melanjutkan voice note-nya dan berpesan," Suara enin tuh enak, apa lagi pas muda. Enin tuh kayak bintang suka nyanyi dimana - mana. Kamu harusnya belajar nyanyi biar bisa kayak enin.". Serunya lagi, gue pernah mendapati nenek gue nonton video berisi dia sedang bernyanyi diiringi teman sebayanya yang bermain keyboard. Enin bilang dia sengaja bikin video itu.

Narsis tuh emang gak dosa sih...

Enin sangat jago masak makanan unik, seperti cumi item yang bentuknya sedikit menggelikan, tapi rasanya dahsyat. Gue bisa menghabiskan 80% dari semangkuk cumi item yang Enin bawa ketika berkunjung ke rumah gue. Enin juga sangat ahli dalam memasak so'un. (So'un itu bukan makanan Korea.) Enin sangat terhibur ketika makanan yang beliau bawa ludes. Beliau sering kali memuja - muja gue dengan rangkaian kata mujarab "Kamu Kurusan". Dengan kata itu, gue akan dengan santainya membersihkan piring Enin dari makanan yang tersedia di atasnya.

Enin semacam tidak punya perasaan dalam menonton film. Enin sering kali menyaksikan film horor Indonesia tanpa ekspresi, sementara gue kejang - kejang, apa lagi film... ah gue gak mau inget - inget lagi. Itu film horor paling serem yang pernah gue tonton. Enin juga sering kali mengomentari dengan sadis sinetron - sinetron dimana ada orang baik yang disiksa & selalu menangis, & orang jahat yang pada akhir filmya bertobat.

Tak hanya itu, Enin sering pula mengucapkan kata - kata hipster, seperti :

  • "Itu emak - emak temen enin mani SEYEG pisan." (Seyeg = semacam jalan mencong - mencong) 
  • "Nok, cuci muka sama sikat gigi atuh, biar giginya gak BOSOK, mukanya gak COMONG." (Ini sedikit sadis kedengarannya, padahal gak se-sadis itu kok. "Bosok" = Bau & bolong. "COMONG" = Kotor.) 
Dengan cerita gue tersebut, gue mengakui kalo gue menyayangi Deti & Enin. Sekiian.
Xoxo.

Perempatan

For all my friends in this generation.

Nyari SMA yang cocok itu gak gampang. Gak secepil yang gue kira maksudnya. Pasti kita semua merhatiin kelebihan & kekurangan setiap pilihan SMA. Mulai dari cara belajar, fasilitas, sarana & prasadana, prestasi yang sekolah itu pernah capai, sampe ekskul apa aja yang ada di sekolah itu. Menurut gue, kebanyakan dari kita dapet informasi dari rekomen orang - orang sekitar, baru nyoba browsing buat informasi lebih lanjut.(kayak gue)

Memikirkan SMA merupakan satu dari sekian banyak dilemma berat dalam hidup gue, seperti ; mending es krim macadamia atau cookies and cream yang gue beli.

Bukan itu ceritanya. Jadi gini...

Ada satu SMA di Jakarta yang katanya sih salah satu sekolah favorit di Jakarta. Banyak banget orang di sekitar gue yang merekomendasikan sekolah itu. Gue menyempatkan diri suatu hari ke sekolah itu. Gue survey dikit sambil nge-stalk. Gue liat kelas - kelasnya, juga piala - piala yang dipajang di dekat pintu masuk. (ITU KAYAK MUSEUM PIALA. I SWEAR) Sayang, waktu itu gue gak sempat dapet syarat - syarat masuk SMA situ.

Apa yang bikin gue sedikit-agak-tertarik-dan-cukup-obsessed sama sekolah itu?
Sekolah itu punya banyak banget options buat ekstrakulikuler yang menarik perhatian gue. Mulai dari fotografi, band, choir, sampe sinematografi. SINEMATOGRAFI? baru kali ini gue liat sekolah punya kegiatan sinematografi. Gue sangat tertarik. Sangat. Sangat.

Gue juga lihat daftar murid jebolan SMA situ yang keterima di universitas negri. Nyokap gue bilang, bangus banget kalo gue bisa kuliah di universitas negri, apa lagi kalo bisa pake yang namanya jalur undangan. Ah apalah itu. Gue terlalu goblok buat ngerti & peduli.

Sangat disayangkan, gue rasa sekolah ini isinya jenius - jenius yang sangat menyukai belajar. Gimana kalo gue keterima di sekolah itu & teman - teman sepermainan gue rambutnya pada rontok (karna over belajar) & kelas belajar gue nanti ngebul gara - gara otak yang korslet.

Atau parahnya lagi, gimana kalo nanti gue angkat tangan gak ngerti pelajaran dan terijak teman jenius yang semacam keturunan paranormal & mengerti banyak hal (semacam Jubaidah). GUE BISA TENGGELAM.

Mana lagi sekolah itu jauh banget dari rumah gue. Masuknya setengah 7 pula. Mau bangun jam berapa gue?!

SAYANGNYA LAGI, masuk itu sekolah SANGAT-SUNGGUH-SUNGGUH-TIDAK MUDAH-BANGET. Gue denger - denger sih mereka ngandelin nem. GUYS, gue baru aja selesai UN & lagi digantungin tanpa hasil yang jelas. Gue benar - benar panik...

*mati*

Di satu sisi lain, gue juga cukup tertarik dengan SMA di sekolah yang sama dengan SMP gue sekarang. Sekelas muridnya cuma sedikit, & gue akuin aja, di sekolah ini gue cukup hoki. Guru - guru gue sangat friendly. Bahkan jauh lebih friendly dari pada guru gue waktu TK & SD. Gue merasa sangat nyaman & bahagia. Emang sih sekolah gue ini gak se-recommended sekolah yang gue bilang sebelumnya. Tapi kalo gue bahagia apa salahnya sih... TUH KAN DILEMA.

INI LAGI SATU.
Baru aja dapet kabar dari rekan kakak kelas gue soal SMA dia sekarang. YA AMPYONK.

Sejujurnya gue tidak tau bagaimana gue harus berdoa. Gue takut menyesal kemana - mana. Jadi gue hanya bisa berdoa untuk yang terbaik. Buat gue, teman - teman dekat gue, La Sixieme, & teman - teman segenerasi...

#CUTEMEISCUTE
 

Me and My Freaky-Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review