Jumat, 07 Maret 2014

Guru Kera & Teknologi

Gue sedang agak terhibur karena sekarang hp gue punya aplikasi blogger jadi gue bisa ngeblog dengan lebih mudah. Dasar gue dodol. Kenapa gak dari dulu gue instal blogger? 

Beberapa hari yang lalu, gue belajar sosiologi. Sambil bercakap-cakap dengan gurunya (Mr. Heri), dia membicarakan tentang bagaimana seseorang berubah. 

"Pada dasarnya, seseorang itu tidak akan pernah berubah. Sadar atau tidak, sebenarnya diri kita sendirilah yang merubah." 

Gue terdiam. 
Setelah sekian lama....
Gue akhirnya menemukan orang yang sepemikiran dengan gue. 

"Iya kan?" tanya guru tersebut sambil menengok ke arah gue. Gue hanya mengangguk sembari tersenyum. Iya kok, Sir. Iya banget...

Hidup gue adalah seperti sederetan momen dengan pelajaran hidup di setiap detiknya. Baik dalam hal senang, mau pun sedih. Baik dalam hal besar, mau pun hal yang sangat sederhana. Pagi ini, gue ingin sharing apa yang telah gue pelajari mengenai: Perubahan. 

Sering gak sih kita ngalamin perasaan seakan-akan seseorang itu berubah? 

Misalnya: Taylor Lautner tuh kenapa ya? Kok kayaknya dia berubah... Gak seperti yang gue kenal dulu. 

Itu sih emang Taylor udah gak demen sama lo. Taylor buat gue. 

Oke lanjut. 

Atau dalam kasus lain, ada beberapa dari kita yang punya motivasi untuk merubah karakter seseorang, supaya dia jadi lebih sesuai dengan harapan kita? 

Gue pernah ngalamin itu semua. (Which is kita semua pasti pernah) 

Benar apa yang Mr. Heri katakan. 
Pada dasarnya, seseorang itu tidak akan pernah berubah. Melainkan, diri kita sendiri yang merubah. Entah karna sudut pandang kita pada orang itu yang berubah, atau karna memang posisi kita untuk orang itu berubah. 

Seseorang pernah mengatakan pada gue bahwa gue berubah. Dia menginginkan gue yang dulu, & dia bilang harusnya gue kembali berubah. 

Ketika kita berfikir bahwa seseorang itu berubah, ada baiknya kita ngeliat diri kita sendiri. Kalau pun dia berubah, pasti dia berubah karna sebuah alasan kan? Baik alasan yang dia sadari, atau pun tidak. 

Dan cara paling ampuh agar dia tidak berubah adalah: jangan ganti pandangan lo pada dia, dan dia akan tetap sama. Dia hanya sesuai dengan pandangan lo akan dia. 

Kita mungkin pernah termotivasi untuk merubah seseorang agar dia jadi lebih baik, dalam kata lain agar dia sesuai dengan harapan kita. Well, itu gak akan pernah berjalan sukses. Kalau kita terus-terusan mengandalkan orang lain untuk berubah, yang ada justru kita malah tertekan. Setuju gak nih? 

Tapi...
Kita bisa merubah pandangan orang lain pada kita, dengan cara merubah pandangan kita pada orang tersebut. 

Spongebob menganggap Patrick adalah bintang laut otak kopong yang egois & cuma bisa nyusahin orang. Kemudian Spongebob merubah pandangannya akan Patrick. Spongebob mulai sadar bahwa dibalik kekopongan otak & egonya, Patrick adalah bintang laut yang sangat tegar. Patrick sudah mengalami banyak tekanan dalam hidup, tapi Patrick masih bertahan. 

Karena pandangan Spongebob yang berubah, perlakuan Spongebob pada Patrick secara tidak langsung berubah. Dan perubahan Spongebob tersebut, merubah pandangan Patrick akan Spongebob. Patrick memandang Spongebob seperti orang yang mengingatkan dia bahwa tidak semua hal  di dunia ini diciptakan sebagai tekanan. 

Begitu analoginya. 

So, people change, and that's normal I guess. Hidup akan selalu penuh dengan perbahan. Dengan perubahan-perubahan itu kita bisa paham di posisi manakah diri kita paling merasa nyaman. 

Berdasarkan toeri Darwin, nenek moyang kita adalah Pithecantropus erectus dan kawan-kawannya. Manusia kera berjalan tegak yang monyong & kepalanya besar. Tapi sekarang, kita modern human. Perubahan itu bikin kita menjadi lebih indah sekarang. 

Empat Rabi Jenaka

Gue hidup bersama banyak orang yang... mungkin otaknya sedikit sengklek seperti otak gue. 4 di antara mereka adalah; Iyo, Cika (@chikaanzalna), Marsha (@marshakanya), dan Zhafira (@zhafirasyachmi).

Mereka adalah 4 dari orang-orang yang membuat gue lupa akan kesedihan gue sementara. Mereka adalah pembakar kalori paling manjur dalam hidup gue. Baik dengan becandaanya mereka, tingkahnya mereka, atau cerita pengalaman mereka. Kadang mereka bikin gue mikir kalo... oh ternyata gue apes di dunia ini tidak sendirian.

Gue ingat suatu siang gue sedang pelajaran lintas minat paksa kimia, lalu kami membicarakan tentang susu sapi.
"Susu sapi bisa diminum langsung dari sapinya, sir?" tanya gue dengan pikiran agak sakau.
"Bisa sih, Vid. Tapi emangnya lo mau? Bayangin aja, tetek sapinya habis diremes-remes sama tangan mang-mangnya. Tangan mangnya kotor dan bau. Hii gue sih jijik" kata Cika sambil memeragakan gaya memeras.

Semenjak itu gue ilfeel liat sapi betina.

Gue juga jadi ingat ketika suatu hari gue berjalan dari kantin bareng Iyo. Karna habis makan, tangan Iyo kotor. Di tengan-tengan obrolan gue dengan Iyo, tiba-tiba Iyo menghampiri anak SD, naro tangan di punggung anak itu & bilang, "kemeja kamu lucu banget sih!". Artinya: iyo meret.

Gue ingat ketika suatu hari gue bersama Marsha dan Zhafira berjalan sambil ketawa-ketiwi ke ruang musik, mau jam pelajaran musik. Saat mau masuk, Marsha mendengar ada suara geduk-geduk drum. Menurutnya, bunyi itu mengganggu. Jadi Marsha dengan sewotnya buka pintu ruang musik & teriak, "IHH BERISIK TAU!!!"

Ternyata saat itu guru musik gue yang lagi main drum.

"Vid, lo siap first kiss gak?" tanya salah satu dari mereka suatu siang.
"Tau dah, siap kali" jawab gue peduli tidak peduli. Kami sempat mendiskuskannya, tapi waktu itu gue pikir itu gak penting dan mereka gak bakal menanggapi serius-serius amat. 

Suatu siang menjelang sore, gue sedang duduk di samping lapangan basket, nungguin Piglet latihan. Saat itu, Cika, Iyo, dan Marsha sedang ada di dekat situ, tapi gue gak lagi ngobrol sama mereka-mereke.

Piglet berlari ke arah gue, dan langsung duduk depan gue, berhadapan dengan gue. Di tengah-tengah kami yang mengobrol, tiba-tiba ada sebatang lipbalm jatuh di depan gue & depan Piglet. Seakan-akan lipbalmnya jatuh dari langit. Siapa lagi jika bukan Cika dan Iyo yang melemparkan lipbalm. Gue hanya bisa tersenyum malu sementara Piglet cekikikan menertawakan gue.

Suatu hari yang lain, gue dan Piglet mengobrol di depan kelas. Tiba-tiba Cika datang dan memberikan gue sesuatu. Karna gue sedang fokus pada Piglet, gue ambil saja barang Cika tersebut. Beberapa detik kemudian, gue sadar kalau yang Cika taro di tangan gue adalah... lipbalm. Lipbalm lagi.

Sampe sekarang, lipbalm-lipbalm itu masih sering kali tiba-tiba bertebaran dalam hari gue.

Cika memang expert dalam hal gituan.

Sadar atau tidak, mereka mengajarkan gue bahwa kadang gue harus berhenti menganggap hidup gue terlalu serius. Gue layak lepas dari berbagai stres. Gue berhak menertawakan setiap hal kecil dalam hidup gue. (Karna hal apa aja bisa kami tertawakan) Bukan berarti gue berhenti fight untuk kesuksesan gue. Gue hanya perlu... ingat bahwa di dunia ini banyak hal bodoh dan konyol yang ada untuk ditertawakan.

#SalamOtakSengklek

Gue dan Piglet

Setelah sekian lama gue gak ngeblog...

AKHIRNYA GUE BISA NGEBLOG LAGI. (which is h-2 mid semester)
Gue sendiri gak nyangka bakal sesibuk ini. Gak bisa setiap hari lagi nyantai-nyantai because tugas ini itu numpuk udah kayak perasaan yang dipendam berbulan-bulan. #ok

Jangankan buat ngeblog, buat ngelakuin kegiatan di luar sekolah aja udah seret kayak skinny jeans, gimana buat bisa bersantai ria begini?

Oke sebetulnya gue bener-bener gak tau harus mulai dari mana. TOO MANY THINGS HAPPENED IN MY DAYS THAT I HAVEN'T WRITTEN ON MY FREAKY DIARY.

*mikir mulai dari mana harus nulis*

Oh gue tau. Kita mulai dari sini aja:
Gue move on. 

Gue pernah bilag bahwa hidup dan moving on itu seperti kita yang menjadi seorang kapten pesawat. Kita jadi kaptennya, pesawat jadi hidup kita, dan dunia jadi langitnya. Kita bebas bawa pesawat kita kemana saja di langit luas, tanpa batasan. Ketika kita salah jalan, well, tenang aja karna langit itu luas & sejauh apa pun kita tersesat, kita masih di langit. Namun ada saatnya kita perlu berhenti sejenak mengisi bahan bakar (baca: mengisi hati kita yang mungkin kosong). Di fase inilah gue berada.

Pernah gak sih lo ketemu seseorang yang ketika lo melihat dia, lo seakan-akan melihat bayangan diri lo sendiri? Rasanya kayak ada sesuatu yang bikin lo dan dia connected. Lo sendiri pada awalnya tidak mengerti kenapa bisa gitu, tapi seiring berjalannya waktu, jembatan penghubung jiwa lo dan jiwa dia makin kuat?

Gue pernah.

Namanya...
Gue udah bener-bener kehabisan kata-kata buat ngasih nama orang lagi di blog gue.
Oke, kita panggil dia Andrew Garfield.

GAK. TERLALU KEREN.
Kita panggil dia... Piglet.

Gue ingat jelas pertama kali gue ketemu Piglet. MOS, Juli 2013.
Gue gak menceritakan bagaimana pertama kali gue melihat Piglet. Tapi hari itu, gue yakin gue melihat ada sesuatu dari diri Piglet yang membuat gue merasa... harapan itu ada. (Baca: charming guy)

80% dari hari-hari gue bersama Piglet adalah ketawa. Why? Because Piglet adalah laki-laki dengan gaya yang selangit, padahal ternyata orangnya... maco kok, maco (gitu lah ya).

Piglet adalah anak pindahan dari Texas yang balik ke kampung halaman (which is Indonesia) setelah tinggal 3 tahun di sono. So, dia menghabiskan masa dimana kata-kata keren muncul, yakni saat kita SMP.

Misal:

"Glet, kamu pernah ke KidZania gak?"
"Gak sih, tapi aku tau KidZania kok. Yang kayak Timezone itu kan?"

Gue pun pingsan.

"Itu PHP namanya..."
"PHP apaan sih? Pizza Hut Pelipery?"

Gue pun koma.

Secara tidak langsung, Piglet mengajarkan gue bahwa kita sebetulnya bisa merasakan sayang melalui kesederhanaan. Dia juga mengajarkan gue bahwa tantangan itu pasti ada & lagi nungguin kita di depan. Tapi kalo kita terus-terusan takut, gimana kita bisa bahagia dengan apa yang kita punya?

Piglet juga mengajarkan gue bahwa kadang gue harus percaya pada diri gue sendiri. Gue tidak bisa terus-terus menggantungkan diri gue pada perkataan orang lain. Orang lain juga manusia, omongannya gak akan 100% benar. Mereka ada agar gue befikir matang, bukan agar gue tidak percaya pada keyakinan gue.

Believe, and you're gonna have a magical day.

I'm glad Piglet came.
I thank God for the coming of Piglet in my life.

Lesson of the day:
Ketika lo berfikir bahwa seseorang itu charming... JANGAN LOSE HOPE. JANGAN.
Ketika lo bisa bermimpi akan sesuatu, maka sebenarnya sesuatu itu MUNGKIN SAJA TERJADI. Gue pernah ada di posisi dimana gue adalah Peter Parker, dan Piglet adalah Marry Jane. Yang perlu Peter lakukan hanyalah tetap menjadi dirinya sendiri, dan berharap agar sesuatu yang paling baik terjadi.

Ketika sesuatu yang terjadi tidak sesuai dengan keinginan kita, percayalah berarti kita mendapatkan yang terbaik. Ketika harapan datang, genggam dan jangan lepaskan begitu saja hanya karena waktu yang tak pendek. 

(p.s: Selamat tanggal 7<3)
 

Me and My Freaky-Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review