Kamis, 24 Desember 2015

Christmas Edition 2015

Sebelum gue memulai curhat/ceramah/bacotan gue...

MERRRYYYYY CHRISTMAAASS!! GOD BLESS Y' ALL!! LOVELOVELOVE!!!

Keyakinan gue mengajarkan bahwa "kasih" adalah satu hal yang perlu diutamakan dalam segala hal. Benar-benar dalam segala hal. Berjalan, sambil mengasihi. Berlari, sambil mengasihi. Menulis, sambil mengasihi. Membaca, sambil mengasihi. Nafas, sambil mengasihi. Mikir, sambil mengasihi.

Kasih dan mengasihi yang dimaksud adalah dengan hidup tanpa mendendam, bahkan membalas pahit dengan manis, kasar dengan lembut, atau benci dengan kasih sayang. Dalam kata lain, senantiasa mengutamakan kebahagiaan orang lain di atas kebahagiaan kita sendiri.

Dan gue rasa.. itu benar-benar bukan suatu hal yang bisa digampangin.

Keyakinan gue mengibaratkan dendam dan kasih dengan tamparan. Kata-Nya, kalau ada orang yang nampar pipi kiri kita, kita gak diperkenankan untuk membalas. Kita justru diharuskan untuk menawarkan pipi kanan kita untuk dia gampar lagi.

LAH DIGAMPAR KAN SAKIT?
Seriously, kalau hal kayak gitu benaran terjadi sama gue, I wouldn't slap them back with my hand. I would just kick their butt or slap them with a chair.

Gue pernah mikir kalau pernyataan "membalas benci dengan sayang" adalah suatu hal yang gak realitis dan gak akan pernah bisa gue pahamin. Gak sesuai dengan kenyataan kehidupan manusia.

Sekarang gue tanya sama lo. Kalau ada orang yang merugikan lo abis-abisan, yang mana bakal lo lakuin? Laporin mereka ke polisi, atau justru ngasih ke mereka semua sisa duit lo yang masih ada???

Ada yang bilang, sebenarnya kita gak akan pernah bisa benar-benar mengerti perasaan seseorang, sampai kita sendiri yang ngalamin, atau kita sendiri yang ada di posisi seseorang itu. Gue rasa, sekarang gue mulai ngerti maksud dari membalas benci dengan sayang.

Se-gak-peduli-gak-peduli-nya kita dengan orang yang benci kita, gue yakin gak ada satu pun manusia yang nyaman dibenci. Bahkan orang jahat pun akan lebih suka dipuja-puja dibanding dimusuhin, ya kan? Haters gonna hate, katanya. Tapi kalau gue bisa memilih, better not to hate and not being hated than having haters who are gonna hate. Being hated by someone makes me sad, to be honest.

Gue pernah dibenci. Gue pernah dibenci sampai-sampai sapaan gue ditolak. Gue pernah dibenci sampai semua hal tentang gue adalah salah, seakan-akan gak ada satu pun hal baik dari diri gue. Gue pernah dibenci sampai-sampai keberadaan gue dianggap sebagai sebuah ancaman. But I'm not a bomb..

Gue pernah menangis kencang-kencang karena gue dibenci abis-abisan. Lama kelamaan, rasa sedih gue justru berubah jadi benci juga, mungkin sama besarnya dengan rasa benci mereka ke gue. Gue marah dan gue jengkel setiap gue mendengar nama mereka. Rasanya gue gak sedikit pun berurusan atau bahkan mengenal mereka lagi.

Tapi lama-lama, gue capek sendiri.
Lama-lama gue sadar kalau sebenarnya, untuk menghilangkan jenuh dan capek gue adalah bukan dengan mendendam, tapi justru dengan memaafkan. Bukan hanya memaafkan mereka yang membenci kita tanpa mereka minta dimaafkan, tapi juga dengan memaafkan diri kita sendiri dan yang paling susah, memaafkan masa lalu.

Sebuah post lama gue berjudul "Captain of The Plane" yang gue tulis beberapa tahun lalu mengatakan bahwa memaafkan masa lalu adalah bagian dari menjalani hidup. Setiap orang pasti pernah punya kesalahan, dan kalau kita hanya terpaku pada kesalahan kita, kita gak akan bisa melangkah lebih jauh. Kita gak akan bisa memulai suatu hal baru yang lebih baik kalau kita masih mendendam pada masa lalu kita sendiri. Ternyata ada berguna juga ya nulis di blog sendiri...

Gue paham benar kalau setiap kebencian dan rasa sayang, punya alasan.
Gue gak ingin dibenci, tapi kalau kesalahan gue adalah sebegitu besar di mata mereka, mungkin ini yang paling baik. Mungkin bahagia bagi mereka adalah hidup tanpa keberadaan gue. Mungkin bahagia bagi mereka adalah menjalani hari-hari tanpa maaf di antara mereka dengan gue. Mungkin mereka lebih bahagia seperti ini. Mungkin dengan beginilah gue mengasihi mereka dan mereka mengasihi gue. Gue percaya, mereka hanya menginginkan yang terbaik. 

Gue akan tetap menunggu hari dimana gue dan mereka bisa berteman, seperti hari-hari yang sebenarnya belum pernah ada. Gue akan menunggu sambil memeluk mereka dari jauh, lewat doa. Seperti apa yang keyakinan gue selalu ajarkan.

Seberapa pun benci mereka pada gue atau benci siapa pun terhadap lo, percayalah: God's love to you is even bigger than theirs. Thank You, God.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Me and My Freaky-Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review