Senin, 29 September 2014

Sepotong Origami di Bulan

"Vid, apa pandangan lo tentang hidup?" tanya Gusti memecah keheningan. 

"Anugerah... Tapi penuh seni. Warna-warni, tempo, gelap dan terang," jawab gue tanpa butuh waktu lama untuk berfikir panjang. Jawaban ini yang selalu gue lontarkan setiap ada yang menanyakan pandangan gue pada hidup. 

Karena cuma Gusti yang pernah nanya tentang pandangan gue pada hidup. 

Well, kalau lo juga seperti gue, percaya bahwa hidup itu kayak seni yang penuh warna dan penuh up dan down (dan cukup peduli dengan hidup gue...)

Gue benar-benar sedang ada di posisi paling bawah. 

A lot of things are getting much heavier here. A lot  of people left. I begin losing my hopes. Disappointments I've made and I make, the battle of my thoughts. Advice everywhere but guess what, sometimes, ADVICE ISN'T WHAT WE NEED. What we need is just a tight warm hug, and a shoulder to cry on. 

Sayangnya bahu-bahu andalan sedang tidak bersama gue,
atau tidak lagi bersama gue... 

Setiap yang datang seakan-akan datang untuk pergi lagi. Jujur aja, hal ini bikin gue kehilangan harapan dan kepercayaan.

Hal yang lebih buruk tentang itu adalah gak ada yang lo bisa lakukan buat bikin mereka semua kembali lagi bersama lo karna lo tahu, dengan mereka pergi... mungkin itu yang terbaik buat mereka. Mungkin. Yang lo bisa lakukan hanya berpasrah dan mencoba bertahan, tanpa ngerti harus pegangan kemana dan melangkah kemana. Menunggu orang lain datang, yang sebetulnya datang untuk pergi lagi.

Hidup adalah tentang perubahan dan perpindahan. Semua orang datang dan pergi. Sedihnya, cuma ada satu orang yang bisa tinggal bersama lo selamanya.

Diri lo sendiri. 

Di satu sisi lain, gue kehilangan banyak kepercayaan. 
Dan sayangnya, hari gini kepercayaan gak gampang buat dibangun lagi. 
Kita butuh waktu bertahun-tahun untuk bisa percaya sama orang, dan hanya butuh waktu hitungan detik untuk kehilangan kepercayaan sama orang. 

Di satu sisi lain, ketika orang memandang gue dengan sudut pandang yang berbeda, semua yang gue lakukan gak akan lagi dianggap normal. Mau gue benar mau gue salah, tetep gak normal. Beda. Asing. 

Di satu sisi lain lagi, gue merasa seperti hidup dalam penjara. Gue bisa berkomunikasi dengan seseorang dari balik kaca, tanpa bisa berinteraksi dengan bebas. Dalam kata lain, gue mungkin dianggap seperti ancaman yang membahayakan. Sama kayak apa yang gue rasakan. Rasanya kayak ada dalam satu dunia kecil dimana gue gak bisa reach the other's mine to communicate. Its so so so trapped. 

Di satu sisi lain rasanya susah buat berani berharap, karna dari hati kecil gue takut bahwa suatu hari, harapan gue akan hancur berkeping-keping. Gue juga gak pengen orang lain berharap terlalu tinggi. Gue sangat menghargai kepercayaan kalian pada gue, tapi kadang kenyataan gak sesuai dengan harapan. Atau apa yang gue impikan, gak sesuai dengan apa yang mereka impikan. Kecewa itu ada. 

Di satu sisi lain, 

Di satu sisi yang lain lagi, 
di satu sisi yang lain lagi,
dan di sisi-sisi yang lain lagi. 

Terus gue harus ke sisi yang mana sekarang?

Sebetulnya gue bukan lagi pengen cerita soal masalah yang sedih-sedih. Gue justru ke sini buat menghibur diri supaya gue lupa dengan realita yang ada. 

Gue biasa menenangkan diri dengan melukis. 
Gue harus keluar kamar untuk ngambil air di keran air (karna gue melukis dengan cat air).Tapi...

Ini jam 2 pagi. Lampu di rumah gue udah dimatiin, dan gue terlalu cupu buat keluar kamar dan memberanikan diri nyalain lampu untuk mengambil air di keran. 

Oke. Jangan melukis malam ini.

Gue biasa menenangkan diri dengan bermain piano.
Tapi ini jam 2 pagi.
Pertama, gue terlalu cupu untuk keluar kamar, jalan dalam gelap,  terus nyalain lampu. Kedua, gue masih ingin hidup. Gue gak ingin dijadikan bbq oleh tetangga karna berisik hari gini. Ketiga, gue harus bergerak untuk main piano. Gue hanya ingin melakukan hal dengan tiduran. 

Bukan dengan jalan keluar kamar dengan berguling. #oke

Gue biasa menenangkan diri dengan tidur.
TIDUR ADALAH HAL TERBAIK SEPANJANG MASA (setelah sushi). Kalau orang lain ingin menghabiskan sisa hidupnya dengan bekerja produktif, gue ingin tidur saja. Dengan tidur, gue seakan-akan bisa pergi dari kenyataan yang ada walau hanya untuk sementara. Kalau pun gue mimpi buruk dalam tidur... ya elah kan mimpi doang.

Gue gak tau ini bakat cuma gue yang punya, atau kalian juga punya (jadi ini bukan bakat)...
Gue bisa mengontrol mimpi.
Ketika mimpi gue buruk, gue akan membangunkan diri gue dari tidur. Gue akan memutuskan untuk tidur lagi, dengan cerita mimpi yang lebih menyenangkan. Gue mengatur alur cerita mimpi gue. 

GUE SERIUS GAK LAGI BECANDA.
LO BISA KAYAK GUE GAK???

Motto baru hidup gue adalah : "Selama saya bisa tidur, kenapa tidak??" 

Kalau gitu kenapa gue gak tidur sekarang?
Gue juga gak tau. 
Oke gue tidur. 

Cara lain menenangkan diri: curhat.
Tapi ini jam 2 pagi. 
Gue terlalu lelah untuk mencatat perasaan gue dalam buku harian.Jadi gue pake buku harian digital aja.

Oke serius. 
Gue sering menenangkan diri dengan menulis. That's why I'm here now. 

Apa yang gue ingin sampaikan di post blog kurang berbobot ini adalah gue rasa SUDAH CUKUP kita memperdulikan omongan orang yang sebenarnya gak membuat kita merasa lebih baik. 

Kadang yang perlu kita lakukan sangat sederhana. Lakukan apa yang kita suka dan apa yang kita merasa perlu lakukan. Selama itu gak berbahaya buat diri kita dan orang lain, kenapa harus meduliin mereka yang bersusah payah mematahkan semangat kita. 

Hidup adalah tentang pilihan dan resiko. 
Pilihan apa pun yang kita ambil, punya resikonya sendiri. 
Gue sendiri gak tahu pilihan dan resiko mana yang harus gue ambil.
Gue juga gak tahu sampai kapan gue harus bertahan, kemana gue harus pegangan, dan kemana gue harus melangkah...

Tapi yang pasti gue tahu kalau gue berhak melakukan apa pun yang gue suka (dan membuat gue merasa lebih baik) selama hal itu gak menyusahkan orang. 

Do what you like to, fellas!


And sleep. Its peaceful. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Me and My Freaky-Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review