Belakangan ini twitter menjadi mirip pemakaman. Timeline gue hanya berisi beberapa idola gue, beberapa account sok ngequote, dan beberapa account yang memberikan informasi tidak berguna (nama disensor).
Tapi gue suka dengan kondisi twitter yang begini. Rasanya bebas merdeka, seakan-akan gak ada yang bakal membaca tweet gue, menyebar gosip, dan mengada-ngada cerita, atau menilai sesuatu yang bukan-bukan.
Oke. Maaf. Terlalu terbawa emosi.
Tapi gue serius. Gara-gara twitter semakin menyerupai pemakaman, gue semakin betah berkicau dalam dunia twitter. Bukan karena gue suka pemakaman, tapi karena gue merasa lebih mampu mengekspresikan apa yang gue rasakan dengan bebas, berasa diary.
Padahal sih teman-teman lain tetap ngecek timeline & lihat tweets gue yang sangat madesu.
Semakin banyak orang yang datang, semakin banyak orang yang pergi.
Semakin banyak orang yang pergi, semakin banyak harapan gue yang pupus dan patah entah berantah.
Semakin gue menyadari betapa gue kehilangan harapan, semakin gue menyadari bahwa semua yang ada sekarang, sudah gak sama dengan apa yang ada dulu.
Piglet pergi dan gak ada yang bisa gue lakuin selain pasrah, pasrah, dan pasrah.
Gue LDR dengan belahan jiwa gue (bukan kekasih, tapi tetap belahan jiwa). It all was fucking easier than this. Tapi sekarang, gue harus menunggu berminggu-minggu, atau berbulan-bulan untuk bisa bertemu sang belahan jiwa. Sungguh, ini payah. Amat payah.
Lo bisa membedakan mana orang yang sungguh-sungguh peduli, dan mana orang yang (no offense) belagak peduli.
Lo menyadari bahwa seseorang peduli pada hidup lo ketika tanpa lo memancing, dia bisa melihat ada beban dalam pikiran lo hanya dengan melihat mimik dan tatapan lo. Dia akan mengingatkan lo bahwa lo gak sendirian, dan lo layak untuk sebuah cerita yang lebih indah.
Sayang, sebentar lagi seseorang ini akan pergi, jauh-jauh dari gue. Entah kemana juga gue gak tahu pasti. Kalau pun gue tahu...
itu gak akan membuat gue merasa lebih baik.
Madesu. Madesu. Madesu.
Gue sedang berperang melawan pikiran gue sendiri, dan gak tahu sampai kapan gue harus bertahan. Sendirian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar