Sabtu, 25 Maret 2017

Kurang Asem

Yak, sebelum gue memulai celotehan, ada baiknya kita bersama-sama merenungi sejenak nasib gue yang lagi terjebak di pangkalan travel di kota Bandung dan harus menunggu berjam-jam untuk bisa kembali ke habitat (Bekasi).

Udah berapa minggu ini, idup gue hectic bukan main. Entah hectic karna nasib, atau guenya aja yang sok-sok meng-hectic-an diri sendiri. Intinya, sedikit demi sedikit, gue yang masih maba dan buta akan seluk beluk hutan belantara ini semakin bisa liat gimana sebenarnya dunia kuliah.

Berhubung ke-hectic-an gue bikin gue gak bisa pulang ke Jakarta, beberapa hari yang lalu bokap gue mampir ke kostan gue di Jatinangor. Gue menyuguhi bokap gue dengan jajanan milor (mie telor gulung) yang ujung-ujungnya gue sendiri yang melahap sampai habis. Bokap gue juga membantu gue membersihkan kamar, dengan alasan kamar gue lembap dan bisa jadi jamur-jamur bikin gue mati kelak.

Malamnya, kami bareng-bareng makan di Madtari. Gue gak tau di habitat lo ada Madtari atau enggak, tapi untuk menambah wawasan, Madtari adalah tempat makan yang terkenal akan keju menggunung di atas Indomie. Sambil makan, kami ngobrol-ngobrol soal kuliah.

"Kamu betah gak, Kak kuliahnya? Kalau gak betah, pikirin baik-baik dari sekarang, supaya bisa siapin belajar kalau mau SBMPTN lagi," kata Popop.

"Ya betah gak betah harus paksain sih.. secapek-capeknya kuliah, mendingan capek kuliah daripada capek belajar buat SBMPTN lagi." jawab gue mantap.

"Tapi kamu enjoy sama capeknya kuliah kan?"

"Lumayan. Santailah, gak mau mikirin-mikirin amat."

 Sambil kami melanjutkan makan malam, kami nonton Breaking Dawn pt. 2 di bioskop Trans TV. Iya sama, gue juga bingung. Bisa-bisanya ada film bokep di warung makan indomie.

"Tapi, Pop... kayaknya aku gak pengen keras-keras banget deh soal kuliah," kata gue kembali melanjutkan percakapan. "Aku gak pengen kuliah bikin aku gak tidur. Aku gak pengen idup aku jadi tentang kuliah doang. Aku pengen main musik, istirahat, baru kuliah."

Di ujung ucapan, gue kira omongan gue akan meledakan suasana. Rupanya enggak. Popop gue justru menjawab dengan, "Mantap, yang penting kamu happy."

Semakin ke sini, gue semakin sadar bahwa apa yang akan gue hadapi ke depannya gak akan jadi semakin mudah. Kalau ada yang bilang dunia kuliah itu berat, percayalah, pasti dia gak bohong. Dunia kuliah memang sejomplang itu sama dunia SMA.

Tanpa sedikitpun maksud menakut-nakuti, tapi makin ke sini gue juga makin sadar bahwa dunia kuliah memang bisa dibilang 10x lebih berat (dan lebih gak menyenangkan) dibanding dunia SMA. Apa lagi dunia setelah kuliah nanti ya... entahlah. Intinya seberat-beratnya nahan ngantuk di kelas SMA... ada yang jauh lebih berat daripada semua kedramatisan di SMA.

Tapi sama halnya dengan selalu ada berkah usai hujan, pasti selalu ada makna di balik sebuah tantangan.

Secapek-capeknya kuliah, gue sadar bahwa gue gak lagi-lagi harus melalukan apa yang ga pernah jadi pilihan gue. Gue gak harus ngitung duit yang bukan duit gue (akuntansi) dan gak harus ngafalin atmosfer beserta ciri-cirinya (geografi). Yaelah, duit sendiri aja seret, ini lagi disuruh ngitung duit orang. Ya udah sih, gak usah dibikin repot. Tinggal napas aja, gak perlu mikirin di atmosfer apa adanya gas apa.

Secapek-capeknya gue kuliah, gue sadar bahwa ada banyak orang yang berjuang untuk bikin gue bisa ada di sini sekarang. Mulai dari orang tua, guru-guru di SMA, kakak-kakak di tempat bimbel, sampai teman-teman gue... ah, intinya gue ada di sini karena dukungan dan perjuangan mereka.

Secapek-capeknya gue kuliah, gue sadar bahwa kalau gue nyerah, bukan gue yang sedih...
Tapi mereka yang udah berjuang banyak untuk bikin gue bisa ada di sini sekarang.

"Ah, gue sih santai aja. Lagi pula gue ada di sini bukan nyari nilai, tapi nyari ilmu. Ilmu dapetnya gak dari kuliah doang, gue keluar juga bisa dapet ilmu." Jawab seorang narasumber yang sangat menyenangkan ketika gue tanya tentang cara menyeimbangkan kuliah dengan hobi.

Boom. Semua kegalauan pun seketika terjawab.

Capek sih iya capek. Bahkan setelah capek-capekan itu... kita gak pernah tau hasil apa yang bakal kita dapet. Bisa jadi hasilnya nanti gak sesuai dengan perjuangan keras kita. (Ya amit-amit jangan sampe sih...)

Tapi seperti apa yang narasumber dan 2016 ajarkan, ada yang lebih berharga daripada hasil...

Namanya proses.

Mungkin iya apa yang gue jalankan sekarang gak 100% sesuai dengan apa yang gue harapkan beberapa bulan yang lalu. Apa yang akan gue hadapin ke depannya pun gak akan jadi lebih mudah daripada yang ada sekarang. Tapi gak apa-apa, gue percaya ada makna yang jauh lebih besar dibanding lelah yang gue rasain.

Untuk itu, terima kasih banyak kepada narasumber super nyentrik dan menyenangkan yang baru aja mengingatkan gue tentang proses yang lebih berharga daripada hasil. Semoga tadi itu bukan ngobrol-ngobrol yang terakhir ya, Kak.

Btw gue benar-benar terjebak di mall yang belum pernah gue datangi sebelumnya dan harus menunggu 5 jam lagi untuk bisa berangkat ke Jakarta. Kurang asem. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Me and My Freaky-Diary Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review