Tepat hari ini, bokap gue, Popop, merayakan hari jadinya yang ke-47 tahun. Berhubung mama gue sedang di luar kota dan adik gue camping bersama teman-teman sekolahnya, kami pun merayakan hanya berdua saja di kawasan Kelapa Gading dengan mencicipi makanan-makanan yang belum pernah kami coba sebelumnya.
Ini adalah suatu kebiasaan bokap gue yang dengan kentalnya menurun ke gue. We both love exploring new things. New places, new foods, new experiences. Kami sering kali pergi mencari makanan-makanan unik berduaan ketika kami sedang berlibur ke luar kota, atau sekedar mencicip jajanan di sudut-sudut Jakarta. Menurut kami, gak ada salahnya mencoba. Selain refrensi baru, siapa tahu bisa jadi hobi baru. Gue rasa, begitulah cara kami menghabiskan waktu bersama. That's how we define "quality times".
Banyak dari teman akrab gue memanggil bokap gue (Popop) dengan sebutan "Om Popop". Banyak pula yang bertanya, "Kenapa Popop?"
Dulu, pas gue masih bayi dan baru belajar ngomong, kedua orang tua gue mengajarkan gue untuk manggil bokap gue dengan sebutan "Papa". Sayangnya, gue gagal. Maksud bunyi "Papa", yang keluar malah "Popop". Nama "Popop" menjadi nama yang melekat di keluarga gue. Mama gue, adik gue, sepupu-sepupu gue, bahkan teman-teman akrab gue sekarang memanggil bokap gue dengan nama "Popop".
Gue harus akui, my dad is not only my dad, he is my super dad.
Popop can do anything. Gue serius, dan ini aneh. Popop ahli bongkar, pasang, dan servis barang elektronik dan mobil. Popop mengerti bagaimana ngurusin listrik di rumah. Popop mengerti benar bagaimana proses dan cara membangun rumah. Popop tahu semua jalan kemana pun bahkan pergi ke tempat yang belum pernah didatangi pun bisa sampai dengan selamat dan gak tersesat. Popop mengerti banyak tentang keuangan. Popop bisa memasak. Tapi satu yang paling penting; Popop tahu bagaimana caranya selalu ada untuk gue.
Popop doesn't trust doctor, he only has faith.
Yang ini sih sebenarnya kurang layak ditiru. Popop gak begitu suka bolak-balik ke dokter atau ke rumah sakit, bahkan untuk sekedar check up untuk dirinya sendiri.
Beberapa hari yang lalu, gue sakit. Gue demam dan sakit kepala berhari-hari. Berhubung di rumah gue sedang ada setoples sambel dari surabaya dan gue (literally) melahap apa pun yang gue makan pake sambel, mama gue curiga gue kena tipes. Setelah 3 hari demam, mama gue memutuskan buat bawa gue ke rumah sakit.
"Kak, dokternya baru praktek jam 5 sore. Kita makan siang dulu aja ya. Kakak mau makan apa? Pilih apa aja boleh deh biar sembuh. Sushi mau?" tanya bokap gue sebelum kami berangkat. Sambil pusing gak karuan, gue pun mengiyakan.
Kami makan di sebuah restoran Jepang sebelum ke rumah sakit. Malam setelah kami ketemu dokter, panas gue turun. Gue gak tipes kok. Cuma demam-demam manja.
Popop gue percaya, kunci dari sebuah kesembuhan dan rasa yang membaik bukanlah obat-obatan. Kuncinya adalah cukup dengan menjadi bahagia, dan ingat bahwa masih ada banyak hal-hal besar mau pun kecil yang bisa dijadikan alasan untuk tersenyum lagi. Seperti sushi.
"Heran gue sama bokap lo. Dokter aja kalo sakit ke rumah sakit. Masa bokap lo sakit mau nyembuhin diri sendiri??" -Aulia. Yang ini baru bener.
Gue tidak banyak bicara dan bertemu Popop setiap hari. Kalau pun ketemu, waktu kami gak begitu berkualitas. Popop kerja dan pulang malam. Gue sekolah, les, dan pulang malam. Setibanya di rumah, gue langsung tepar dan gak ada waktu untuk basa-basi di luar kamar.
Ada kalanya gue merasa Popop harus mengerti kalau gue ini manusia, gue bisa saja butuh waktu sendiri.
Berapa hari ini gue sering merenung sendirian di kamar, dengan segudang pertanyaan dan pernyataan yang berputar-putar di pikiran gue. Tapi popop selalu datang ke kamar dan menanyakan hal-hal dari yang penting sampe gak ada penting-pentingnya. Misalnya;
"Kakak udah pupup belum hari ini?"
"Kakak tadi naik ojek ke sekolah?"
"Kakak udah kasih makan yoyong?"
"Kakak lagi sedih ya?"
"Kakak pengen nangis ya?"
"Kakak pengen sendirian ya?"
I'm growing up, I'm learning something, and I need time.
Tapi gue juga ingat;
waktu dimana gue bertumbuh menuju dewasa,
adalah juga waktu dimana Popop menua.
Mungkin gak banyak atau bahkan belum pernah ada hal cukup berharga yang gue lakukan buat Popop atau pun Mama gue. Mungkin dalam hidup gue banggain : nyusahin = 1 : 979878688.
Gue gak bisa janji suatu hari gue bisa kasih emas dan berlian, tapi gue janji gue bakal terus mencoba dan berusaha. Setidaknya gue tau, seberapa jauhnya pun Popop dari gue, Popop selalu menjadi orang pertama yang datang ke kamar gue dan bertanya, "Kakak lagi sedih ya?"
Oh pagi ini gue kasih Popop hadiah ulang tahun karna menurut Mama gue, baju Popop sudah pada belel dan.. kurang layak pakai. Hadiahnya langsung dipake dan komentar pertamanya adalah, "Hmm.. Baunya kayak Matahari ya kak,"