Bukanlah mudah ketika kamu harus bersikap seakan-akan kamulah yang paling kuat dan semua tentangmu baik-baik saja ketika sebenarnya hal-hal yang ada tak semudah itu. Ketika sebenarnya ada hati yang luka dibalik kerasnya tamengmu.
Bukanlah pula hal mudah ketika kamu harus melepas sesuatu (atau seseorang) pergi begitu saja karena mereka bilang "itu yang paling baik", ketika sebenarnya sesuatu (atau seseorang) itulah yang membuatmu merasa paling baik.
Kau ingat belasan tahun lalu? Ketika kamu menangis karena ibumu tidak membelikanmu balon dan permen. Tapi semua tangismu hilang begitu saja ketika sebuah ayunan berdiri kosong ditemani hembusan angin dan senja yang hangat di sore hari. Dengan gembira kau berlari, berharap ayunan membawa riangmu kembali dengan senyum lebar di wajahmu.
Kau harap semua masih semudah seperti belasan tahun yang lalu, tapi ternyata tidak. Semua tidak lagi semudah itu.
Berkali-kali kamu memutar lagu upbeat kesukaanmu. Tapi lantunan lagu bertempo cepat tak kunjung menghapus duka.
Tak hanya sekali-dua kali kamu bertemu teman-temanmu. Segala hal telah melayang di udara menjadi topik obrolanmu. Bahkan, kau mungkin mencoba hal-hal yang mereka bilang, "bisa membuatmu lupa hidup walau sementara". Tapi ketika malam datang dan senja berganti bulan, segala lara seakan kembali menghantui malammu.
Beribu rangkaian kata yang seharusnya membangun sudah kau dengar. Tapi kau sadar, tak satu pun kata dari kalimat tersebut membangkitkanmu dari sedihmu.
Kau sadar bahwa tak satu pun dari mereka yang berkata-kata mampu membangunkanmu dari lara yang tak kunjung pergi. Kau sadar bahwa sesungguhnya... semua kembali kepadamu. Kekuatan terbesar berada padamu. Di tanganmu. Dari hatimu.
Kau sadar bahwa yang kau inginkan hanya yang terbaik. Kau inginkan akhir yang bahagia, seperti apa yang orang lain alami. Bukan tangis dan senyuman pudar yang kau inginkan di wajahnya.
Ratusan (bahkan mungkin ribuan) kata sayang sudah kamu ucapkan. Tak terhitung peluk dan cium yang sudah kamu berikan. Tapi tak peduli seberapa banyak kata sayang, peluk, cium, dan hal-hal manis lainnya... kamu tetap merasa kehilangan ketika dia tidak lagi bersamamu.
Sungguh, bukan maksudku membuatmu bersedih. Lewat rangkaian kataku ini ingin kusampaikan pesanku:
kamu tidak sendiri.
di sini ada aku,
menangis ketika kamu menangis, bahagia untuk segala riangmu,
dan senantiasa berdoa untuk memelukmu dari jauh.